20 November 2020 00:35 WIB
Penulis : AG. Sofyan

SuaraKarya.id – SEMARANG: Meski pemerintah belum memberikan izin sepenuhnya untuk melakukan pembelajaran tatap muka atau disebut luring. Namun tak menghentikan semangat Sekolah Alam Ar Ridho memberikan layanan pendidikan terbaik kepada siswa-siswa sekali pun belajar dari rumah.
Lalu bagaimana penerapan dan pembelajaran di Sekolah Alam Ar Ridho khususnya di masa pandemi Covid-19 ini?

Menurut Hesti Risymar’ati selaku Kepala Divisi Humas Sekolah Alam Ar Ridho, pada masa pandemi ini lembaga pendidikan dengan konsep pengajaran pelibatan alam sebagai bagian tak terpisahkan dari bahan ajar dalam mengedukasi siswa ini tetap melaksanakan pembelajaran sesuai dengan protokol kesehatan yakni dan ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Diknas Kota Semarang.

Protokol kesehatan yang mengacu kepada pedoman pelaksanaan 3 M sesuai pesan Ibu tetap dipatuhi, yakni memakai masker secara benar, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menjaga jarak seluruh pihak, baik ustad dan ustadzah, siswa-siswi, orang tua baik pengantar maupun penjemput juga petugas administrasi dan penjaga sekolah

Dikatakan Ustadzah Hesti, Sekolah Alam Ar Ridho mempunyai cara jitu agar anak-anak tidak jenuh dalam mengikuti pembelajaran yang ada di Sekolah Alam yang didirikan Ustadz Nurul Hamdi, salah satu tokoh pendiri sekolah berkonsep alam ini.

“Di sekolah ini, kami mengutamakan empat pilar sebagai pondasi terciptanya penguatan akhlakul kharimah, jiwa leadership, logika ilmiah dan enterpreneur. Ke empat pilar ini yang kita terus upayakan dengan mengemas berbagai kegiatan dan bahan ajar yang kreatif dan inovatif sekali pun harus melalui daring. Concern para ustadz dan ustadzah adalah bagaimana para siswa bisa melaksanakan pembelajaran di masa pandemi ini dengan tidak merasa bosan, menghilangkan rasa malas dan tetap harus bersemangat untuk belajar di rumah walaupun dengan cara on-line,” urai Hesti kepada suarakarya.id di kampus Sekolah Alam Ar Ridho, Bukit Kencana Jaya, Tembalang, Semarang, Kamis (19/11/2020).

Apa saja kiat-kiat agar siswa-siswi tidak boring saat daring?

Lebih lanjut Hesti menjelaskan ada beberapa kiat yang dilakukan oleh sekolah yang berdiri sejak 2000 ini di masa pandemi untuk pembelajaran agar siswa-siswi tetap mendapatkan hak belajar.

Tiga kiat pembelajaran Sekolah Alam Ar Ridho, yakni:

Metode Pembelajaran BBA atau Belajar Bersama Alam.

“Di sini siswa-siswi dalam pembelajaran daring tidak melulu mengerjakan tugas-tugas lewat google classroom saja tapi bagaimana dia bisa berselancar baik di dunia maya tapi juga bisa mempraktekkan di dunia nyata,” jelasnya.

Pembelajaran yang dilakukan, lanjut Hesti, tidak juga lepas dari kondisi kenyataan yang ada di lingkungan mereka.

“Jadi ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak ketika mereka di rumah dan itu membuat mereka tidak bosan. Mereka pun bisa mengamati kemudian memberikan pernyataan dari apa yang sudah diamatinya,” ungkap alumni Unnes ini.

Ada project-project yang dilakukan anak-anak di rumah baik sendiri maupun dengan orang tua.

Metode Bahasa Bunda

Metode ini dilakukan di sekolah Alam yaitu bagaimana guru bisa memberikan pembelajaran dengan menggunakan kata-kata yang indah, kata-kata yang menyenangkan bagi anak-anak dan ustad atau ustadzah juga bisa merasakan bagaimana perasaan anak-anak dalam menghadapi daring.

“Walaupun kondisi daring mereka diusahakan tidak boring dengan membuat aneka kegiatan pembelajaran yang tidak garing alias pembelajaran yang sangat menyenangkan,” jelas Hesti.

Metode Keteladanan dan Pembiasaan

Walaupun pembelajaran lewat daring, namun pembiasaan dan keteladanan tetap harus dilaksanakan, dipantau dengan penugasan dan kerja sama dengan orang tua melalui cek list yang dibuat oleh ustadz atau ustadzah.

Hal yang paling menarik selain daring di Sekolah Alam Ar Ridho yaitu kegiatan Green Therapy.

Hesti mengatakan kegiatan ini bertujuan pertama adalah untuk mengurangi kejenuhan anak-anak terhadap kegiatan pembelajaran melalui daring. Kedua untuk menjaga psikologi anak agar tetap ceria tetap senang di masa pandemi ini.

“Kegiatan ini dilaksanakan di luar ruangan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ada. Peserta green therapy adalah anak-anak yang memang sudah diizinkan orang tuanya dan sudah menyertakan surat sehat dari dokter atau lewat rapid test. Mereka tetap dengan pemeriksaan awal yaitu cek suhu tubuh, cuci tangan pakai sabun, pakai masker dan tetap jaga jarak,” ungkapnya. Hesti menyebut kegiatan hanya diikuti oleh maksimal 7 anak dengan dua guru pengampu yaitu guru out bound dan guru kelas. Sedangkan orang tua hanya mengantar dan menjemput saja. “Pelaksanaan green therapy ini dimulai dari kelas besar terlebuh dulu yaitu di SMM kemudian di SMP selanjutnya di SD dengan dilihat dari tingkat kesiapan siswa dalam pelaksanaan green therapy tersebut dan sesuai dengan ketentuan protokol kesehatan. Untuk TK memang belum dilaksanakan mengingat anak-anak usia dini masih rentan dalam kondisi pandemi ini,” urai Hesti.

Selanjutnya bila pelaksanaan untuk anak TK, kegiatan yang dilakukan tetap harus sesuai dengan protokol kesehatan dan disertai dengan pendampingan orang tua yang mengikutinya. Kemudian kegiatan green therapy SD dilakukan selama seminggu tiga kali dengan jadwal yang sudah ditetapkan per kegiatannya meliputi aktivitas outbound atau olah raga permainan, berkebun, dan edukasi tentang Covid-19.

Kegiatan beragam yang berupa permainan-permainan tersebut tetap mengutamakan safety namun tetap anak-anak bisa senang-senang dan nyaman.

“Contoh kegiatannya adalah saat anak-anak datang dicek dulu suhunya, cuci tangan pakai sabun dan sebagainya. Anak-anak diajak pemanasan terlebih dahulu, stretching kemudian jogging, dilanjutkan game kelincahan kaki seperti game halang rintang, tendang lempar dan tangkap bola untuk melatih koordinasi tangan dan kaki, game isi air menggunakan spons, dan cara permainannya tiap anak mendapat satu persatu dingklik kemudian melewati rintangan-rintangan yang ada dengan menggunakan dingklik tersebut sebagai titian, game transfer amanah yaitu dengan menggunakan paralon yang sudah dibelah kemudian disusun oleh beberapa anak untuk menggelindingkan bola kecil yang sudah disiapkan menuju target yang sudah disediakan,” paparnya.

Hesti berkata tujuan kegiatan ini adalah mengutamakan kerjasama tim, setelah itu keliling kebun sekolah. Di kebun anak-anak menyiram dan merawat tanaman, bisa explorer tanaman yang ada di kebun, membuat karya dari hasil kebun contoh membuat kalung membuat permainan dari daun-daunan atau memanen hasil kebun yang ada di kebun untuk dibawa pulang. Contoh kegiatan green therapy SMP dan SMM adalah fun games, tracking, jungle cooking, botani dan zoologi serta mentoring di ruang terbuka.

Menurut Hesti, semua kegiatan green therapy ini dilaksanakan setelah kegiatan bnew normal dan melihat kondisi yang ada di Semarang.

“Anak-anak sangat antusias dan gembira karena mereka bisa melepas kejenuhan sehingga green therapy ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat dinantikan di tengah pandemi ini. Antusiasme anak-anak sangat seru, sangat senang bertemu dengan teman-temannya meskipun dibatasi jumlah siswa dan waktu tapi mereka sangat senang sekali dan merindukan ke sekolah. Semoga Corona segera berlalu,” ucap Hesti.***