Sekolah Alam Ar Ridho Semarang kembali menggelar Festival Indonesian Culture, sebuah acara tahunan yang merayakan keberagaman budaya Indonesia. Tahun ini, festival ini menjadi lebih istimewa karena merupakan bagian dari perayaan 25 tahun perjalanan Sekolah Alam Ar Ridho dalam mencetak generasi muda yang berkarakter dan rahmatal lil ‘alamin..

Dengan mengusung tema “Semarang Ngesti Luhur Memayu Hayuning Bawana”, Semarang, Dulu, dan Masa Kini. Festival ini mengajak seluruh peserta untuk menjaga keharmonisan dan keindahan dunia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Semangat pelestarian budaya dan pembentukan karakter kebangsaan menjadi benang merah dalam setiap rangkaian acara yang diselenggarakan.
Kegiatan utama festival ini adalah rangkaian acara yang dilaksanakan di Panggung Budaya. Acara di Panggung Budaya, dibuka secara resmi oleh Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, Ibu Mia Inayati Rachmania, yang menekankan bahwa hal terpenting dari kegiatan ini adalah proses yang dilalui para siswa dalam menyiapkan acara. Mereka tidak hanya belajar secara mendalam tentang Semarang, tetapi juga bekerja keras, dan bersungguh-sungguh, dalam mengkreasikan hasil belajarnya menjadi sebuah tampilan yang menarik.
Kemeriahan Panggung Budaya semakin terasa, saat penampilan perdana dari adik-adik Play Group dan TK, yang memukau audiens dengan tarian dan lagu-lagu tradisional seperti Naik Delman, Jamuran, dan Padhang Bulan. Dengan keceriaan dan semangatnya, mereka berhasil menghadirkan nostalgia yang hangat bagi para penonton.
Penampilan kakak-kakak Sekolah Muda Mandiri pun sukses membawa penonton menyusuri jejak sejarah Semarang sejak era akhir Majapahit, ketika dakwah Islam oleh para Walisongo mulai berkembang. Sultan Demak, yaitu Raden Patah bersama para wali memerintahkan Ki Made Pandan (Pandanaran I) untuk melakukan perjalanan ke arah barat, yang kemudian dikenal dengan nama Semarang. Juga masuknya Islam dan etnis lain ke Jawa , yaitu China, Gujarat, dan Arab.

Sementara itu, kakak-kakak SMP Alam Ar Ridho mengisahkan perjalanan Semarang di era Pandanaran II, Bupati Semarang pertama, yang berhasil memajukan daerah ini dalam bidang pertanian dan perdagangan. Pertunjukan pun berlanjut ke era Mataram Islam, di mana terjadi peristiwa besar seperti persekutuan Amangkurat II dengan Trunojoyo dan akhirnya penyerahan Semarang kepada VOC. Dengan drama kolosal yang penuh emosi, ditambah adegan silat yang menegangkan, tampilan mereka memukau penonton, inspiratif, dan berhasil membangkitkan adrenalin para penonton.
Tampilan Adik-adik SD Alam Ar Ridho pun tak kalah menarik, dengan kisah pembangunan Semarang sebagai pusat perdagangan dan administrasi kolonial. Mereka menggambarkan kejayaan Semarang sebagai kota dengan infrastruktur paling maju di Jawa, sekaligus menyoroti dampak eksploitasi sumber daya oleh VOC, yang menyebabkan kesenjangan sosial antara daerah pesisir dan pedalaman. Pementasan ini pun mencapai puncaknya saat menggambarkan Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pertunjukan di akhiri dengan kondisi Semarang masa kini, yang dengan perpaduan sejarah, budaya, dan kemajuannya, Semarang menjadi kota yang dinamis, nyaman, dan dan penuh pesona.
Selain Panggung Budaya, Galeri Semarang, juga menjadi salah satu daya tarik utama festival ini. Sebuah ruang apresiasi yang dirancang dengan dinding anyaman bambu (gedhek) serta tiang bambu kuning, menghadirkan nuansa tradisional yang autentik. Galeri ini menjadi tempat bagi siswa, orang tua, dan guru untuk berkolaborasi mengeksplorasi sejarah dan budaya Semarang. Terdiri dari sembilan stand besar, yaitu 1 stand SMM, 1 stand SMP, 6 stand SD, dan 1 stand TK. Galeri ini menampilkan berbagai artefak dan instalasi interaktif yang menghidupkan kembali perjalanan panjang Kota Semarang dari masa lalu hingga era modern.
Tak lengkap rasanya merayakan budaya tanpa menikmati kuliner khas. Stand Kuliner menghadirkan berbagai makanan dan minuman khas Semarang, seperti lumpia, wingko babat, wedang asem, wedang tahu, bandeng keropok, serta berbagai menu lainnya dengan suasana yang dirancang bernuansa tradisional.
Bagi yang ingin mengabadikan momen dalam nuansa budaya yang khas ini, Pojok Foto menjadi salah satu tempat favorit, yang menyediakan berbagai properti unik seperti pakaian adat dan topeng khas daerah yang memungkinkan pengunjung mengabadikan momen tersebut.
Tak kalah menarik, Zona Permainan Tradisional menghadirkan berbagai permainan klasik seperti congklak, egrang, dan bentengan, yang mengajak pengunjung untuk bernostalgia dan menikmati keceriaan masa kecil.
Stand Kolaboraksi menjadikan festival ini semakin berwarna, dengan hadirnya Stand Hamzah Art, yang merupakan wadah interaksi kreatif antara seniman lokal dan pengunjung melalui kegiatan live painting serta pameran karya seni yang menggambarkan keindahan dan kekayaan budaya Kota Semarang. Selain itu juga ada Stand Kolaboraksi SMP dan SMM yang merupakan stand fundraising untuk event yang akan dilaksanakan oleh siswa SMP, yaitu Trans Island, maupun Stand yang menyuguhkan karya kreatif inovatif berbasis talent dari para siswa SMM.
MasyaAllah, Festival Indonesian Culture tahun ini tak hanya menghibur, tetapi penonton seolah diajak melakukan perjalanan melintasi waktu, menyaksikan kisah mulai dari cikal bakal Semarang hingga melihat pesonanya di era modern saat ini. Festival ini dihadiri lebih dari 1.000 peserta, termasuk siswa dari jenjang PG, TK hingga SMM, orang tua murid, guru, serta karyawan Sekolah Alam Ar Ridho. Festival ini juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, yang diwakili oleh Kabid SMP, Bapak Mukhamad Shokheh, S.Pd, M.A, Ph.D selaku sejawan, Kepala Sub Rayon 02, sekolah-sekolah dari Jaringan Sekolah Alam Nusantara {JSAN} dan dari Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) sekitar Semarang, serta instansi mitra sekolah, yaitu BSI KCP Hidayatullah, Radio Idola Semarang, dan Bukit Jaya Metro. Festival ini juga berhasil menarik kehadiran masyarakat umum, pelajar di sekitar, komunitas seni dan budaya, serta UMKM berkelanjutan.
Dengan keberagaman acara yang inspiratif dan dukungan dari berbagai pihak, Festival Indonesian Culture Sekolah Alam Ar Ridho diharapkan semakin menumbuhkan kecintaan terhadap budaya bangsa sekaligus memperkuat karakter kebangsaan para peserta dan penonton. Selamat merayakan budaya! Mari bersama kita jaga warisan leluhur demi masa depan yang lebih harmonis dan berkelanjutan!
Artikel disusun oleh: Susanti Guru SMP Alam Ar Ridho